Foto Saya
HMPT (Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman)
makassar, sulawesi selatang, Indonesia
” Mewujudkan insan akademis yang profesional, kritis, inovatif, berakhlak mulia,dan mengabdi demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Tuhan Yang maha Esa ”
Lihat profil lengkapku
Selasa, 30 November 2010

Lemahnya Program Organik di Tengah Pengembangan Transgenik

Sejalan dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan keamanan pangan, isu perlindungan lingkungan, dan isu pemberdayaan petani, pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian, sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pertanian organik di Indonesia. Bahkan pada saat itu dicanangkan untuk mencapai Go Organik 2010.

Namun sayang, menurut Guru Besar Fakultas Pertanian Departemen Agronomi, Institut Pertanian Bogor (IPB) HM Bintoro, Program “Go Organik” 2010 yang dicanangkan Departemen Pertanian tidak akan terlaksana(Sinar Harapan,20/2/2007). Program itu hingga sekarang tampak hanya sebatas slogan yang tidak bermakna dan menghabiskan uang negara. Buktinya, sejak program itu dicanangkan hingga 2007, belum tampak upaya dari Departemen Pertanian.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Kompos Indonesia (Amposi) ini, hingga saat ini belum ada satu pun produk hukum berupa keputusan Menteri Pertanian yang mengharuskan pemakaian pupuk kompos (organik) dalam sektor pertanian. Mestinya, lmenurut Bintoro, pemerintah melalui Departemen Pertanian harus mengeluarkan aturan untuk pemakaian pupuk kompos dalam pertanian secara bertahap tiap tahunnya, sehingga, “Go Organik” yang dicanangkan dapat terlaksana pada 2010 mendatang.

Penggunaan pupuk kompos sudah harus dimulai karena tingkat prokduktivitas padi saat ini sudah mendekati jenuh. Menurutnya, peningkatan produktivitas hanya dapat dicapai dengan penggunaan kompos yang dapat mengembalikan bahan organik tanah.

Sementara itu program penelitian pemerintah yang seharusnya mendukung upaya organik tersebut, ternyata lebih mendengungkan keunggulan-keunggulan produk bioteknologi modern rekayasa genetik (transgenik) yang dihasilkannya. Suatu produk laboratorium yang bertentangan dengan produk organik yang berdasarkan proses alami dan ramah lingkungan.

Baru-baru ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan siap meluncurkan padi transgenik tahan hama mulai tahun depan (Kompas, 31/1/2009). Ketua LIPI Umar Anggara Jenie mengatakan, padi tahan hama penggerek batang dan wereng ini sebenarnya telah siap diaplikasikan. Namun, padi ini masih harus melalui tahap uji keamanan pangan (biosafety) sebelum didistribusikan kepada petani. Tahap terakhir ini diperkirakan memakan waktu setahun. Setelah itu baru varietas padi baru ini akan memperoleh sertifikat dan bisa dilepas.

Menurut dia, padi hasil rekayasa genetika ini telah melalui uji lapangan selama empat tahun. Varietas ini juga telah dinyatakan aman terhadap lingkungan melalui uji amdal.
Varietas padi tersebut dikembangkan dengan menggunakan padi varietas asli Indonesia, antara lain Rojolele dan Cisadane.

Dengan memanfaatkan bakteri tanah jenis Bacillus thuringiensis, penelitian bertujuan merekayasa sifat gen padi sehingga tahan hama. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi LIPI juga berupaya mengembangkan padi tahan kekeringan, banjir, dan gulma.

Pangan Transgenik Tidak Pecahkan Masalah

Seharusnya pemerintah dan para pengembang pertanian Indonesia termasuk peneliti dapat mempertimbangkan beberapa risiko terkait pengembangan transgenik untuk pangan sebelum mendistribusikannya. Selain itu berbagai perangkat yang dibutuhkan dalam pengembangan transgenik seperti uji keamanan hayati (biosafety), peraturan perundang-undangan dan pelabelan yang selama ini belum ada harus diperhatikan.

Terlebih lagi Umar mengatakan, pemindahan gen dari satu makhluk ke makhluk lain dalam metode transgenik juga masih menjadi perdebatan etika di bidang pertanian dan peternakan (Kompas, 3/11/2008).

Beberapa fakta menunjukkan, setelah 10 tahun pengembangan Golden Rice, jenis padi rekayasa genetik yang menghasilkan karotenoid untuk sintetis vitamin A esensial sejak pertama dikembangkan pada 1999, ternyata hanya menghasilkan sejumlah karotenoid sangat rendah dan karenanya kemampuannya untuk mencegah defisiensi (kekurangan) vitamin A secara efektif di negara berkembang telah dikritik. Kemudian Syngenta mengenalkan suatu strain padi baru pada 2005 yang berisi tingkatan provitamin A yang lebih tinggi.

Menurut Mae Wan Ho dalam bukunya Rekayasa Genetik : Impian atau Petaka (2008), modifikasi genetik agar tanaman tahan penyakit dan hama tidak akan memecahkan masalah, karena pertanian intensif itu sendiri menciptakan kondisi bagi kemunculan patogen baru. Tanaman transgenik diciptakan dari varietas monokultur berasupan tinggi yang sama dengan yang digunakan pada Revolusi Hijau. Hal ini kemungkinan akan memperburuk keadaan.

Sebagian besar tanaman transgenik sekarang direkayasa agar tahan terhadap herbisida. Bahaya langsung dari tanaman yang tahan terhadap herbisida adalah penyebaran transgen kepada kerabat liar melalui hibridisasi silang, sehingga menghasilkan gulma super. Kanola transgenik tahan herbisida dengan beberapa kerabat liar.

Tanaman transgenik tahan herbisida juga memberi peluang penyemprotan herbisida kuat yang membunuh banyak spesies. Salah satu contoh utama adalah Roundup produksi Monsanto yang mematikan bagi kebanyakan tanaman herba. US Fish and Wildlife Service telah mengidentifikasi 74 spesies tanaman yang terancam oleh penggunaan herbisida seperti glifosat.

Padahal dengan pertanian yang mengutamakan konservasi tanah dan metode pemupukan secara organik, justru telah meningkatkan panenan tiga atau empat kali lipat dalam setahun. Di dunia ketiga, berbagai studi melaporkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian tradisional. Demikian pula di Utara menurut laporan yang diterbitkan US National Academy of Science.

Masyarakat tradisonal telah mengembangkan varietas tanaman dan ternak selama berabad melalui praktik pertanian tradisonal. Di India, para petani (terutama perempuan) berulangkali menggunakan dan meningkatkan keunggulan beberapa varietas yang kebal terhadap penyakit dan kekeringan serta genangan air. Beberapa ada yang rasanya enak, ada yang berwarna dan dipakai untuk keperluan ritual, beberapa varietas mempunyai produktivitas tinggi.

Sehingga menurut Mae Wan Ho sebagai ahli genetik, pengembangan pangan transgenik yang belum pasti keamanannya tidak diperlukan. Sebaliknya, pangan transgenik akan melemahkan ketahanan pangan dan keanekaragaman hayati.

Monopoli hak kekayaan intelektual di pihak manipulator genetik bersama dengan perjanjian perdagangan bebas WTO akan mempersulit penghidupan petani kecil, karena petani harus membayar royalti atas benih, praktik sertifikasi benih yang tidak adil, serta kompetisi tidak adil dari produk Utara yang disubsidi.

Pada waktu yang sama, penggunaan herbisida toksik berspektrum luas berkaitan dengan tanaman transgenik tahan herbisida akan menimbulkan kerusakan yang tidak dapat dipulihkan pada pertanian lokal dan keanekaragaman hayati alami.

Untuk itu akan lebih bijak bila pemerintah bersama peneliti dapat mendukung kajian dan pengembangan pertanian organik yang ramah lingkungan. Meski Program Go Organik 2010 tinggal beberapa saat lagi. Tentunya belum ada kata terlambat, karena yang terpenting dalam organik adalah proses menuju organik.

Sumber Terkait:

http://www.biosafety-info.net/article.php?aid=554

http://www.beritabumi.or.id/?g=beritadtl&newsID=B0122&ikey=1

0 komentar:

Posting Komentar

WITA (Waktu Indonesia Bagian Tengah)

Total Tayangan Halaman

Pengikut

KETUA UMUM HMPT-UH 2004-2005

KETUA UMUM HMPT-UH 2004-2005
Yusran

KETUA UMUM HMPT-UH 2005-2006

KETUA UMUM HMPT-UH 2005-2006
Akbar Palisu

KETUA UMUM HMPT-UH 2006-2007

KETUA UMUM HMPT-UH 2006-2007
Sucianti

KETUA UMUM HMPT-UH 2007-2008

KETUA  UMUM HMPT-UH 2007-2008
Laode Khalik

KETUA UMUM HMPT-UH 2008-2009

KETUA UMUM HMPT-UH 2008-2009
H. Rengga Mulia

KETUA UMUM HMPT-UH 2009-2010

KETUA UMUM HMPT-UH 2009-2010
Ahmad Amiruddin Usman
Powered By Blogger

Masukkan Code ini K1-1174AC-5
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com Download Software Tips Komputer

kenapa anda memilih untuk berlembaga?

Badan Pengurus Harian HIMPUNAN MAHASISWA PERLINDUNGAN TANAMAN. Diberdayakan oleh Blogger.